Karma Menjadi Orang Ketiga dalam Hubungan ~ LPMD Balaroa Pewunu

AAAAAAAAAAAAA

AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA

Kamis, 04 Agustus 2016

Karma Menjadi Orang Ketiga dalam Hubungan

Peringkat dan Tampilan:
{[["☆","★"]]}
Silahkan bagikan :
۞ السَّــــــلاَÙ…ُ عَÙ„َÙŠْــــــكُÙ…ْ ÙˆَرَØ­ْÙ…َــةُ اللــــهِ ÙˆَبَرَÙƒَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه الرّحمٰÙ† الرّحيـــــــــــــم ۞
-----------------------------------------------------------------------

Siapa yang tidak ingin mendapatkan pasangan yang perhatian dan selalu ada untuk kita. Namun, kalau didapat dari hasilmerebut pasangan orang lain, pikirkan kembali matang-matang, deh, sebelum kena batunya.


Alarm Pengingat

Any Alaine, 25, Scriptwriter
Teringat kejadian sekitar 2-3 tahun yang lalu, ketika saya masih kuliah. Kampus saya berlokasi dekat dengan perkantoran. Hal biasa melihat lalu-lalang para pekerja kantoran itu. Saat jam makan siang, saya dan beberapa teman sering kali membeli makan di warung sekitar kampus. Begitu juga dengan Andy (nama disamarkan). Andy bukan sosok yang asing bagi saya. Sebelum saling mengenal, kami sering makan di tempat yang sama. Saat itu kami sudah curi-curi pandang satu sama lain. Jujur saja, saya menyukai sosoknya. Maklum, penampilannya memang cukup menarik sebagai pria. Dia pun menangkap sinyal ketertarikan saya.


Suatu waktu, saat sedang makan di warung makan langganan, ibu pemilik warung menyampaikan pesan salam dari Andy untuk saya. Singkat cerita, berawal dari saling berkirim salam, akhirnya kami bertemu dan berkenalan. Kami pun bertukar nomor telepon. Andy cukup intens menghubungi saya melalui pesan singkat. Akhirnya kami sering jalan bareng atau sekadar janjian makan siang bersama. Dari obrolan, saya melihat Andy adalah sosok yang ramah dan supel. Saya bisa membicarakan banyak hal dengannya. Hanya dalam waktu sebulan setelah berkenalan, kami pun memutuskan pacaran. Saat itu rasanya senang banget. Sebagai anak kuliahan, ada kebanggaan tersendiri bisa memiliki kekasih seorang pria yang sudah bekerja. Di mata kami, sosok pekerja dengan kemeja rapi terlihat sangat keren.


Namun, baru dua bulan berpacaran, kecurigaan saya mulai muncul. Awal kecurigaan bermula ketika ia sering berkirim pesan saat kami jalan bareng. Pernah juga ia salah memanggil nama saat mengirim pesan ke saya. Ia sempat mengelak, tapi setelah saya desak akhirnya ia mengaku juga kalau sebenarnya ia sudah memiliki kekasih. Padahal, saat berkenalan ia mengaku jomblo. Parahnya, kekasih Andy adalah teman satu kantornya. Pantas saja ia tidak pernah mengajak saya makan siang di sekitar kampus dan kantor kami. Rupanya, untuk menghindari bertemu kekasihnya. Namun, menurut pengakuannya saat itu, hubungan mereka tengah bermasalah dan ia merasa jenuh. Meski menerima penjelasannya, saya tetap memaksa Andy untuk memilih antara saya atau kekasihnya.


Ternyata, ia memilih saya. Hubungan kami pun kembali berjalan normal. Saat itu sahabat-sahabat saya sudah mewanti-wanti. Tapi, cinta memang buta, yang saya pikirkan hanya kebahagiaan memiliki kekasih, tanpa memikirkan jalan ke depan. Benar saja, hubungan normal penuh kebahagiaan ini hanya berjalan sesaat. Setelah 7 bulan pacaran, suatu hari sahabat saya memberikan laporan bahwa dia baru saja melihat Andy bersama wanita lain yang diketahui juga sebagai adik kelas di kampus saya. Drama pun tak bisa dihindari.

Hal yang paling mengesalkan, ketika saya desak untuk menjelaskan, dengan santai Andy mengaku bahwa ia memang menyukai wanita tersebut. Saat itu juga saya langsung memutuskan hubungan kami, meski ia menolak untuk putus. Saya tidak mau tergoda kembali.

Setelah peristiwa ini, saya jadi merasa malu sendiri karena pernah merebut kekasih orang. Kejadian ini benar-benar menyadarkan saya bahwa karma does exists. Saya juga menjadikan ini sebagai pengingat untuk tidak melakukan hal yang sama ke depannya. Setelah kejadian ini,  saya pernah naksir  pria yang sudah beristri, tapi saya ingat kekecewaan yang pernah saya alami bersama Andy. Akhirnya saya bisa mengerem rasa suka tersebut. Saya juga sering berbagi cerita dengan teman-teman soal pengalaman ini, sebagai pelajaran.


Berawal dari Keisengan

Nissa Wibowo, 27, Guru TK
Awalnya, saya mengenal Biyan (nama disamarkan) sebagai teman biasa. Dia adalah teman KKN sahabat saya. Kami pun baru bertemu satu kali. Entah bagaimana ceritanya dan siapa yang memulai, yang saya tahu sahabat saya membajak ponsel saya lalu mengirimkan pesan singkat ke ponsel Biyan. Isinya cukup membuat saya terkejut dan berkeringat dingin: saya menyatakan cinta ke Biyan dan mengajaknya pacaran. Dalam hati langsung berkata, “Mati gue!” Masalahnya, saat itu kami berdua sama-sama sudah memiliki kekasih. Setelah ‘tragedi SMS’, entah mengapa kami justru memilih untuk bertemu di sebuah resto. Saat itulah kami ngobrol banyak soal hubungan masing-masing, hingga akhirnya kami berdua sama-sama nekat dan memutuskan untuk mencoba menjalin hubungan bersama. Hebatnya, hubungan berstatus selingkuh ini bisa berlangsung cukup lama, yaitu hampir tiga tahun,


Kami menjalani hubungan ini dengan santai saja dan bersenang-senang. Namun, lambat laun masalah kepercayaan mulai muncul. Apalagi, kami berdua sama-sama overpossessive, walaupun sama-sama tahu status hubungan kami: selingkuhan. Masalah kepercayaan inilah yang sering kali membuat kami bertengkar. Sifat posesif kami  makin menjadi-jadi justru setelah kami berdua akhirnya putus dari pasangan masing-masing. Mungkin karena sama-sama tahu trik satu sama lain, sehingga ada rasa takut dibohongi. Saya bahkan sampai meminta ia untuk mem-block semua akun media sosial mantan kekasihnya.


Pada akhirnya, sifat posesif inilah yang menjadi bumerang dalam hubungan kami. Kami sering bertengkar dan hubungan kami lama-kelamaan makin dingin. Sebelum hubungan kami benar-benar berakhir, Biyan sempat menghilang selama satu minggu. Saat muncul kembali, ia justru memutuskan hubungan kami dan berkata telah memiliki wanita lain. Setelah hubungan tersebut, ada rasa sesal membangun hubungan dari ketidakjujuran. Cukup sekali, deh, menjalani hubungan seperti ini. Bagi saya, kepercayaan memang hal yang harus dibangun dalam sebuah hubungan. Intinya, sebelum bertemu orang, wajib mengetahui lebih dulu statusnya. Kalau sama-sama single, baru maju jalan.

Karena Terbiasa
Ratih Fitrina, 26, Social Media Manager
Saya mengenal Wisnu sejak lama. Kami teman satu kantor, tapi beda divisi. Kebetulan kami sama-sama aktif di klub olahraga basket. Di kantor, kami   jarang bertemu, tapi di lapangan basket kami kompak dan dekat satu sama lain. Dia tipe orang yang sangat cuek, sedangkan saya agak tomboi. Tak jarang ia memperlakukan saya sama seperti teman prianya, merangkul leher, meledek, dan hal-hal lainnya yang tidak mencerminkan ia menyukai saya. Dari kedekatan di lapangan, kami jadi intens berkomunikasi. Sering kali, usai latihan basket ia mengajak saya jalan atau sekadar makan.


Lambat laun sikap cuek-nya berubah menjadi lebih santun, lembut dan perhatian. Saya tanggapi sikapnya dengan santai karena saya tahu ia sudah memiliki kekasih. Namun, witing tresno jalaran soko kulino. Karena sering berinteraksi, saya luluh juga oleh perhatiannya. Saya seperti terbawa situasi. Cara dia memperhatikan dan memperlakukan saya membuat saya nyaman berada dekat dengannya. Sampai akhirnya ia menyatakan perasaannya dan saya menerimanya.


Dengan risiko yang ada, kami tetap melanjutkan hubungan ‘terlarang’ ini. Ia pun tidak memutuskan kekasihnya. Alasannya: mencari waktu yang tepat. Saya selalu merasa cemburu  tiap kali ia membalas pesan dari kekashnya. Hingga akhirnya kekasihnya harus pergi ke Eropa selama 6 bulan. Alasan LDR digunakan Biyan untuk memutuskan hubungan mereka. Saya merasa senang dan menang.


Setelah tidak lagi menjadi selingkuhan Wisnu, hubungan kami tak berjalan mulus. Hanya 6 bulan kami adem-ayem, hingga saya merasa ada yang berubah dari sikapnya. Perhatiannya tidak lagi sama seperti saat ia dulu mengejar saya. Kami jadi  makin jarang jalan bareng, bahkan pulang kantor pun kami sering masing-masing. Hingga suatu hari, saya penasaran dan membuntuti ia pulang kantor. Rupanya, ia menjemput mantan kekasihnya yang sudah beberapa minggu kembali dari Eropa. Lemas seluruh persendian kaki saya.


Esok hari, saya meminta penjelasan dari Wisnu. Ia pun mengaku diam-diam sudah balikan lagi dengan mantan kekasihnya, seminggu sebelum mantan kekasihnya kembali dari Eropa. Mau marah tapi tidak bisa, karena saya sadar, saya tidak memulai hubungan kami dengan baik. Sejak kejadian itu, saya jadi tahu rasanya dikhianati. Sakit sekali. Saya pun bertekad tidak akan  mengulang kejadian serupa. Cukup sekali seumur hidup. Kapok! (f)


Dian Probowati
Sumber : http://www.femina.co.id/sex-relationship/karma-menjadi-orang-ketiga-dalam-hubungan

۞ الحمد لله ربّ العٰلمين ۞

-----------------------------------------------------------------------
----------------- Semoga Bermanfaat. By: LPMD Balaroa Pewunu -----------------------

0 komentar:

Posting Komentar

http://www.lpmd-balaroapewunu.web.id/2016/08/membangun-desa-dimulai-dari-membangun.html
Kareba
sss
Line marketing!
Mau Jago Jualan di instagram?
optimasi toko online
Mau Bisis berkah omset milyaran?