۞ السَّــــــلاَمُ عَلَيْــــــكُمْ
وَرَحْمَــةُ اللــــهِ وَبَرَكَاتُــــــــــهُ ۞
۞ بســـــــــــــم اللّـــه
الرّحمٰن
الرّحيـــــــــــــم
۞
-----------------------------------------------------------------------
Oleh : Badrul Tamam
Alhamdulillah, segala puji bagi
Allah yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji umat manusia,
siapa di antara mereka yang terbaik amalnya. Shalawat dan salam semoga
terlimpah kepada baginda Rasulillah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, keluarga dan
para sahabatnya.
Setiap kita ingin bahagia. Tak
ada yang ingin sengsara, baik di dunia maupun di akhirat. Namun, kenyataannya
tidak semua dari kita bisa bahagia dalam hidupnya. Apa kunci dan resep supaya
kita benar-benar menjadi orang yang bahagia? Inilah yang ingin kami hadiahkan
kepada pembaca setia voa-islam.com, agar bisa sama-sama merasakan kebahagiaan
dalam hidup ini.
Sesungguhnya kebahagiaan hidup
dalam pandangan Islam tidak berkutat pada sisi materi saja. Walaupun Islam
mengakui kalau materi menjadi bagian dari unsur kebahagiaan itu sendiri. Di mana
dalam pandangan Islam, masalah materi hanya sebagai sarana saja, bukan tujuan.
Oleh karenanya, Islam memberikan perhatian sangat besar pada unsur ma'nawi
seperti memiliki iman dan budi pekerti yang luhur sebagai cara mendapatkan
kebahagiaan hidup. Hal telah ditunjukkan oleh beberapa nash syar'i, seperti
firman Allah:
وَالْأَنْعَامَ
خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ
وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ وَلَكُمْ
فِيهَا جَمَالٌ حِينَ تُرِيحُونَ
وَحِينَ تَسْرَحُونَ
قُلْ
مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ
الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, "Di antara unsur kebahagiaan anak Adam adalah istri shalihah,
tempat tinggal luas, dan tunggangan yang nyaman." (HR. Ahmad)
Kebahagiaan Dunia
Kebahagiaan Dunia
Islam telah menetapkan beberapa
hukum dan beberapa kriteria yang mengarahkan manusia untuk mencapai kebahagiaan
hidupnya di dunia. Hanya saja Islam menekankan bahwa kehidupan dunia, tidak
lain, hanyalah jalan menuju akhirat. Sedangkan kehidupan sebenarnya yang harus
dia upayakan adalah kehidupan akhirat. Allah Ta'ala berfirman,
مَنْ
عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ
أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ
حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
"Barang siapa yang
mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman,
maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan
sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik
dari apa yang telah mereka kerjakan." (QS. An-Nahl: 97)
وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ
الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ
مِنَ الدُّنْيَا
"Dan carilah pada apa yang
telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah
kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi." (QS. Al-Qashshash:
77)
Imam Ibnu Katsir rahimahullah
berkata tentang ayat ini, {Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat} maksudnya, gunakan apa yang sudah allah
berikan kepadamu dari harta yang banyak ini dan nikmat yang berlimpah dalam
ketaatan kepada Tuhanmu dan mendekatkan diri kepada-Nya dengan berbagai amal
ibadah yang dengannya engkau mendapatkan pahala di negeri akhirat. {dan
janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi} maksudnya, dari
kenikmatan di dalamnya yang telah Dia halalkan untukmu berupa makanan, minuman,
pakaian, tempat tinggal, dan menikah. Karena Rabbmu memiliki hak atasmu, begitu
juga dirimu, keluargamu, tetanggamu memiliki hak atasmu. Maka berikan hak untuk
setiap pemiliknya."
Bahkan dibeberapa tempat Allah
menyatakan membeli kehidupan dunia seseorang yang akan dibayar dengan
kebahagiaan akhirat berupa surga. Contohnya dalam firman Allah,
إِنَّ
اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ
وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا
فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنْجِيلِ وَالْقُرْآَنِ وَمَنْ أَوْفَى بِعَهْدِهِ
مِنَ اللَّهِ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ
الَّذِي بَايَعْتُمْ بِهِ وَذَلِكَ هُوَ
الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
"Sesungguhnya Allah telah
membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga
untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat,
Injil dan Al Qur'an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada
Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan
itulah kemenangan yang besar." (QS. Al-Taubah: 111)
Kebahagiaan Akhirat
Kebahagiaan Akhirat
Kebahagiaan akhirat merupakan
kebahagiaan abadi yang kekal. Menjadi balasan atas keshalihan hamba selama hidup
di dunia. Allah berfirman,
الَّذِينَ
تَتَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ طَيِّبِينَ يَقُولُونَ سَلَامٌ عَلَيْكُمُ ادْخُلُوا
الْجَنَّةَ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
"(yaitu) orang-orang yang
diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada
mereka): "Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan
apa yang telah kamu kerjakan"." (QS. Al Nahl: 32)
لِلَّذِينَ
أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا
حَسَنَةٌ وَلَدَارُ الْآخِرَةِ خَيْرٌ وَلَنِعْمَ دَارُ
الْمُتَّقِينَ
"Orang-orang yang berbuat
baik di dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik. Dan sesungguhnya kampung
akhirat adalah lebih baik dan itulah sebaik-baik tempat bagi orang yang bertakwa."
(QS. Al Nahl: 30)
Islam telah menetapkan tugas
manusia di bumi sebagai khalifah di dalamnya. Bertugas memakmurkan bumi dan
merealisasikan kebutuhan manusia yang ada di sana. Hanya saja dalam
pelaksanaannya senantiasa ada kesulitan, sehingga menuntutnya
bersungguh-sungguh dan bersabar. Hidup tidak hanya kemudahan sebagaimana yang
diinginkan dan diangankan orang. Bahkan dia selalu berganti dari mudah ke
sulit, dari sehat ke sakit, dari miskin ke kaya, atau sebaliknya.
Ujian-ujian ini akan selalu mengisi hidup manusia yang menuntunnya
untuk bersabar, berkeinginan kuat, bertekad tinggi, bertawakkal, berani,
berkorban, dan berakhlak mulia serta lainnya. Semua ini akan mendatangkan
ketenangan, kebahagiaan, kelapangan, dan ridla.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ
بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ
وَنَقْصٍ مِنَ الأَمْوَالِ وَالأَنْفُسِ
وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ
قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا
إِلَيْهِ رَاجِعُونَ أُولَئِكَ
عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ
وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ
"Dan sungguh akan Kami
berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta,
jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang
sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan,
"Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun" Mereka itulah yang
mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka
itulah orang-orang yang mendapat petunjuk." (QS. Al Baqarah: 155-157)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda :
عَجَبًا
لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ
خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا
لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ
شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا
لَهُ
"Sungguh menakjubkan urusan
seorang mukmin. Seluruh urusannya bernilai baik. Jika mendapat kebaikan dia
bersyukur, dan itu baik untuknya. Dan jika tertimpa keburukan dia bersabar, dan
itu baik untuknya." (HR. Muslim)
Cara Meraih Kebahagiaan
Cara Meraih Kebahagiaan
Berikut ini poin-poin penting
untuk mencapai kebahagiaan hakiki, dunia dan akhirat, yang senantiasa
didambakan oleh setiap insan:
1. Beriman dan beramal shalih
Meraih kebahagiaan melalui iman
ditinjau dari beberapa segi: Pertama, Orang yang beriman kepada Allah Yang Esa,
Yang tiada sekutu bagi-Nya, -dengan iman yang sempurna, bersih dari kotoran
dosa,- maka dia akan merasakan ketenangan hati dan ketentraman jiwa. Dia tidak
akan galau dan penat dalam menghadapi ujian hidup, sebaliknya dia ridha
terhadap takdir Allah pada dirinya. Sehingga dia akan bersyukur terhadap
kebaikan dan bersabar atas bala'.
Ketundukan seorang mukmin kepada
Allah membimbing ruhaninya untuk lebih giat bekerja karena merasa hidupnya
memiliki makna dan tujuan yang berusaha diwujudkannya. Allah berfirman,
الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا
إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُولَئِكَ لَهُمُ الْأَمْنُ وَهُمْ
مُهْتَدُونَ
"Orang-orang yang beriman
dan tidak mencampur adukkan iman mereka dengan kedzaliman (syirik), mereka
itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk." (QS. Al An'aam: 82)
Kedua, Iman menjadikan seseorang
memiliki pijakan hidup yang mendorongnya untuk diwujudkan. Maka hidupnya akan
memiliki nilai yang tinggi dan berharga yang mendorongnya untuk beramal dan
berjihad di jalan-Nya. Dengan itu, dia akan meninggalkan gaya hidup egoistis
yang sempit sehingga hidupnya bermanfaat untuk masyarakat di mana dia tinggal.
Ketika seseorang bersifat egois
maka hari-harinya terasa sempit dan tujuan hidupnya terbatas. Namun ketika
hidupnya dengan memikirkan fungsinya, maka hidup nampak panjang dan indah, dia
akan merasakan hari-harinya penuh nilai.
Ketiga, Peran iman bukan saja
untuk mendapatkan kebahagiaan, namun juga sebagai sarana untuk menghilangkan
kesengsaraan. Hal itu karena seorang mukmin tahu dia akan senantiasa diuji
dalam hidupnya sebagai konsekuensi keimanan, maka akan tumbuh dalam dirinya
kekuatan sabar, semangat, percaya kepada Allah, bertawakkal kepada-Nya, memohon
perlindungan kepada-Nya, dan takut kepada-Nya. Potensi-potensi ini termasuk
sarana utama untuk merealisasikan tujuan hidup yang mulia dan siap menghadapi
ujian hidup. Allah Ta'ala berfirman:
إِنْ
تَكُونُوا تَأْلَمُونَ فَإِنَّهُمْ يَأْلَمُونَ كَمَا تَأْلَمُونَ وَتَرْجُونَ
مِنَ اللَّهِ مَا لَا
يَرْجُونَ
"Jika kamu menderita
kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana
kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka
harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (QS. Al
Nisaa': 104)
2. Memiliki akhlak mulia yang mendorong untuk
berbuat baik kepada sesama
Manusia adalah makhluk sosial
yang harus melakukan interaksi dengan makhluk sebangsanya. Dia tidak mungkin
hidup sendiri tanpa memerlukan orang lain dalam memenuhi seluruh kebutuhannya.
Jika bersosialisasi dengan mereka merupakan satu keharusan, sedangkan manusia
memiliki tabiat dan pemikiran yang bermacam-macam, maka mungkin sekali akan
terjadi kesalahpahaman dan kekhilafan yang membuatnya sedih. Jika tidak disikapi
dengan bijak maka interaksinya dengan manusia akan menjadi sebab kesengsaraan
dan membawa kesedihan dan kesusahan. Karena itulah, Islam memberikan perhatian
besar terhadap akhlak dan pembinaannya. Hal ini dapat kita saksikan dalam
beberapa ayat dan hadits berikut ini:
- Firman Allah dalam menyifati
Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wasallam,
وَإِنَّكَ
لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ
"Dan sesungguhnya kamu
benar-benar berbudi pekerti yang agung." (QS. Al Qalam: 4)
فَبِمَا
رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ
لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا
غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ
عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي
الْأَمْرِ
"Maka disebabkan rahmat dari
Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap
keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.
Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu." (QS. Ali Imran: 159)
- Perintah Allah kepada kaum
mukminin agar tolong menolong dalam kebaikan,
وَتَعَاوَنُوا
عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى
الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
"Dan tolong-menolonglah kamu
dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran." (QS. Al Maidah: 2)
- Perintah Allah agar membalas
keburukan orang dengan kebaikan,
وَلَا
تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ
بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا
الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا
يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا
وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ
عَظِيمٍ
"Dan tidaklah sama kebaikan
dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka
tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah
menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan
melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan
kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar." (QSl
Fushshilat: 34-35)
- Sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
mulia."
- Sabda Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam, "Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam hal kasih
sayang, kecintaan dan kelemah-lembutan diantara mereka adalah bagaikan satu
tubuh, apabila ada satu anggotanya yang sakit maka seluruh tubuh juga merasakan
sakit dan tidak bisa tidur." (Muttafaqun ‘Alaihi)
3. Memperbanyak dzikir dan merasa selalu
disertai Allah
Sesungguhnya keridhaan hamba
tergantung pada tempat bergantungnya. Dan Allah adalah Dzat yang paling membuat
hati hamba tentram dan dada menjadi lapang dengan mengingat-Nya. Karena
kepada-Nya seorang mukmin meminta bantuan untuk mendapatkan kebutuhan dan
menghindarkan dari mara bahaya. Karena itulah, syariat mengajarkan beberapa dzikir
yang mengikat antara seorang mukmin dengan Allah Ta'ala sesuai tempat dan
waktu, yaitu ketika ada sesuatu yang diharapkan atau ada sesuatu yang
menghawatirkannya. Dzikir-dzikir tadi mengikat seorang hamba dengan penciptanya
sehingga dia akan mengembalikan semua akibat kepada yang mentakdirkannya.
Berikut ini beberapa nash yang
menunjukkan hubungan dzikir dengan kebahagiaan seorang hamba.
- Firman Allah Ta'ala:
الَّذِينَ
آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ
اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
"(yaitu) orang-orang yang
beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram." (QS. Al Ra'du:
28)
- Perintah Nabi shallallahu
'alaihi wasallam kepada seorang muslim ketika menikah.
اللَّهُمَّ
إِنِّي أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا جَبَلْتَهَا عَلَيْهِ
وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ شَرِّهَا
وَمِنْ شَرِّ مَا جَبَلْتَهَا
عَلَيْهِ
"Ya Allah, aku memohon
kebaikannya dan kebaikan tabi'at yang dia bawa, dan aku berlindung dari keburukannya
dan keburukan tabi'at yang dia bawa." (HR. Abu Daud no 2160, Ibnu Majah
no1918 dan al Hakim).
- Doa ketika terjadi angin ribut:
اَللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ خَيْرَهَا وَخَيْرَ مَا فِيْهَا وَخَيْرَ
مَا أُرْسِلْتَ بِهِ، وَأَعُوْذُ بِكَ
مِنْ شَرِّهَا وَشَرِّ مَا فِيْهَا
وَشَرِّ مَا أُرْسِلْتَ بِهِ
"Ya Allah! Sesungguhnya aku
mohon kepadaMu kebaikan angin (ribut ini), kebaikan apa yang di dalamnya dan
kebaikan tujuan angin dihembuskan. Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan angin
ini, kejahatan apa yang di dalamnya dan kejahatan tujuan angin
dihembuskan." (Muttafaq 'Alaih)
- Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam mewajibkan untuk melakukan sebab (usaha), minta tolong kepada Allah,
dan tidak sedih jika hasil yang diharapkan tidak terwujud. "Bersemangatlah
mencari yang bermanfaat bagimu, minta pertolongan kepada Allah, dan jangan
lemah. Jika engkau tertimpa musibah janganlah berkata: ‘Seandainya saya berbuat
begini maka tentu tidak terjadi begitu.’ Namun katakanlah: ‘Allah telah
menakdirkan musibah ini. Apa yang Allah kehendaki pasti terjadi’. Karena
perkataan ‘Seandainya’ dapat membuka perbuatan syetan." (HR. Muslim)
4. Menjaga kesehatan
Kesehatan di sini mencakup semua
sisi; badan, jiwa, akal, dan ruhani. Menjaga kesehatan badan merupakan fitrah
manusia, karena berkaitan dengan kelangsungan hidup dan juga menjadi sarana
untuk memenuhi kebutuhan materi seperti makan, minum, pakaian, dan kendaraan.
- Kesehatan fisik: Islam sangat
menghargai kehidupan fisik manusia. Karenanya Islam melarang membunuh tanpa ada
sebab yang dibenarkan syari'at sebagaimana Islam melarang setiap yang bisa
membahayakan badan dan kesehatannya. Allah Ta'ala berfirman, "dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan
dengan sesuatu (sebab) yang benar." (QS. Al An'am: 151 dan al Isra': 33)
وَيُحِلُّ
لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
". . dan menghalalkan bagi
mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk . .
" (QS. Al A'raaf: 157)
Sabda Nabi shallallahu 'alaihi
wasallam, "Tidak (boleh melakukan/menggunakan sesuatu yang) berbahaya atau
membahayakan (orang lain)." (HR. Ahmad dalam Musnadnya, Malik dan Ibnu
Majah)
- Kesehatan jiwa: banyak orang
yang tidak memperhatikan kesehatan jiwa dan tidak memperdulikan cara untuk
menjaganya, padahal dia pilar pokok untuk meraih kebahagiaan. Karena itu, Islam
sangat memperhatikan pendidikan jiwa dan menyucikannya dengan sifat-sifat
mulia.
Kesehatan jiwa tegak dengan iman
lalu dihiasi dengan akhlak terpuji dan disterilkan dari akhlak buruk seperti
marah, sombong, berbangga diri, bakhil, tamak, iri, dengki, dan akhlak buruk
lainnya.
Allah Ta'ala berfirman,
وَلَا
تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَى مَا مَتَّعْنَا
بِهِ أَزْوَاجًا مِنْهُمْ زَهْرَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ وَرِزْقُ رَبِّكَ
خَيْرٌ وَأَبْقَى
"Dan janganlah kamu tujukan
kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari
mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan
karunia Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal." (QS. Thaahaa: 131)
Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "jika kalian bertiga, janganlah yang dua orang
berbisik-bisik tanpa mengikutkan yang satunya sehingg mereka berkumpul dengan
orang banyak supaya tidak membuatnya sedih." (Muttafaq 'Alaih)
Allah Ta'ala berfirman, "Hai
orang-orang beriman janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang lain, boleh
jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari mereka (yang mengolok-olok).
Jangan pula wanita-wanita (mengolok-olok) wanita-wanita lain, boleh jadi
wanita-wanita (yang diperolok-olokkan) lebih baik dari wanita (yang
mengolok-olok). Dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu
panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburuk-buruk panggilan ialah
(panggilan) yang buruk sesudah iman. Barang siapa yang tidak bertobat, maka
mereka itulah orang-orang yang dzalim." (QS. Al Hujuraat: 11)
"Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." (QS. Al Hujuraat: 12)
- Kesehatan akal: Akal adalah
sebab utama manusia mendapat taklif (beban syari'at). Karenanya Allah
memerintahkan untuk menjaganya dan mengharamkan sesuatu yang membahayakan dan
merusaknya. Sebab utama yang menghilangkan kesadaran akal adalah hal-hal yang
memabukkan dan yang diharamkan. Allah Ta'ala berfirman:
"Hai orang-orang yang
beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala,
mengundi nasib dengan panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak menimbulkan permusuhan dan kebencian
di antara kamu lantaran (meminum) khamar dan berjudi itu, dan menghalangi kamu
dari mengingat Allah dan shalat; maka berhentilah kamu (dari mengerjakan
pekerjaan itu)." (QS. Al Maaidah: 90-91)
- Kesehatan ruhani: Syari'at
sangat memperhatikan sarana-sarana yang bisa menjaga kesehatan ruhani. Makanya
seorang mukmin diperintahkan untuk dzikrullah setiap saat sebagaimana
mewajibkan, dalam batas minimal, untuk memenuhi nutrisi ruhani seperti perintah
shalat wajib, puasa, zakat, haji dan medan yang lebih luas lagi dalam bentuk
amal sunnah dan segala amal untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Ibadah-ibadah ini mengikat
seorang hamba dengan Rabb-Nya dan mengembalikannya kepada Sang Pencipta ketika
tersibukkan oleh dunia. Karenanya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "dan dijadikan kebahagiaan hatiku dalam shalat." Beliau bersabda
kepada Bilal, "wahai bilal, hibur kami dengan shalat."
Syari'at juga melarang segala
tindakan yang bisa merusak ruhani dan melemahkannya. Syari'at melarang
mengikuti hawa nafsu, mengerjakan hal syubuhat, dan memanjkan diri dalam
kenikmatan karena biasa menyebabkan hati menjadi mati. Karena itulah Allah
menyifati orang-orang kafir laksana binatang, "Mereka itu tidak lain,
hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya (dari
binatang ternak itu)." (QS. Al Furqaan: 44)
وَالَّذِينَ
كَفَرُوا يَتَمَتَّعُونَ وَيَأْكُلُونَ كَمَا تَأْكُلُ الْأَنْعَامُ
وَالنَّارُ مَثْوًى لَهُمْ
"Dan orang-orang yang kafir
itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan seperti makannya
binatang-binatang. Dan neraka adalah tempat tinggal mereka." (QS.
Muhammad: 12)
5. Berusaha meraih materi yang
mendatangkan kebahagiaan
Sebagaimana telah dijelaskan
sebelumnya, Islam tidak mengingkari urgensi
meteri untuk merealisasikan kebahagiaan. Hanya saja, semua materi ini
bukan sebagai syarat mutlak untuk mendapatkan kebahagiaan, namun hanya sebagai
sarana saja. Banyak nash menguatkan kenyataan ini, di antaranya firman Allah
Ta'ala,
قُلْ
مَنْ حَرَّمَ زِينَةَ اللَّهِ
الَّتِي أَخْرَجَ لِعِبَادِهِ وَالطَّيِّبَاتِ مِنَ الرِّزْقِ
"Katakanlah: 'Siapakah yang
mengharamkan perhiasan dari Allah yang telah dikeluarkan-Nya untuk
hamba-hamba-Nya dan (siapa pulakah yang mengharamkan) rezeki yang baik?"
(QS. Al A'raaf: 32)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "sebaik-baik harta adalah yang dimiliki hamba shalih." Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, "di antara unsur kebahagiaan anak
Adam: istri shalihah, tempat tinggal luas, dan kendaraan nyaman."
6. Memanajemen waktu, karena
waktu adalah modal utama manusia selama hidup di dunia. Oleh sebab itu, Islam
sangat memperhatikan waktu dan akan meminta pertanggungjawaban seorang mukmin
tentang waktunya. Dan kelak di hari kiamat, dia akan ditanya tentang waktunya.
Perintah dalam Islam sangat membantu manusia untuk mengatur waktunya dan memanfaatkannya
dengan baik antara memenuhi kebutuhan hidup dan materinya di satu sisi, dan
untuk memenuhi kebutuhan ruhani dan ibadah pada sisi lainnya. Islam telah
memerintahkan orang beriman agar memanfaatkan waktu untuk kebaikan dan amal
shalih.
Allah Ta'ala berfirman,
يَاأَيُّهَا
الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ
أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَنْ
ذِكْرِ اللَّهِ وَمَنْ يَفْعَلْ
ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ . وَأَنْفِقُوا
مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ
قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ
الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي
إِلَى أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ
وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat
Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang
rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu
sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata:
'Ya Tuhanku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian) ku sampai waktu yang
dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang
shaleh?'." (QS. Al Munaafiquun: 9-10)
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, "Tidak tergelincir dua kaki seorang hamba pada hari kiamat
sehingga Allah menanyakan empat hal: Umurnya, untuk apa selama hidupnya
dihabiskan; Waktu mudanya, digunakan untuk apa saja; Hartanya, darimana dia
mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya; Ilmunya, apakah diamalkan atau
tidak." (HR. Tirmidzi )
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda dalam hadits lain,
نِعْمَتَانِ
مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ
الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
"Ada dua nikmat yang
mayoritas orang merugi pada keduanya, yaitu (nikmat) sehat dan waktu
luang." (HR. Al Bukhari dari Ibnu Abbas)
Penutup
Penutup
Sesungguhnya Allah amat sangat
baik kepada para hamba-Nya. Dia menghendaki agar mereka bahagia, dunia dan
akhirat. Sehingga diperintahkan apa saja yang bisa menghantarkan kepada
kebahagiaan itu. Juga dilarang setiap yang bisa merusaknya. Oleh sebab itu, dikatakan
kepada para mujrimin saat mereka disiksa dalam neraka, "Dan tidaklah Kami
menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."
(QS. Al-Zukhruf: 76)
Kebahagiaan yang paling
ditekankan Islam adalah kebahagiaan akhirat, namun bukan berarti kebahagiaan
dunia ditelantarkan. Tidak, bahkan kebahagiaan di dunia ini berusaha diwujudkan
dalam bentuk yang sebenarnya. Yakni dengan mengabdikan diri kepada Allah semata
sebagai panggilan dari fitrah diri manusia yang ia diciptakan di atasnya. Sehingga
dengan itu akan mendapat ketenangan dan ketentraman. Dan ini menjadi kunci
utama tercapainya kebahagiaan, sampaipun dalam musibah dan bencana. Ia jadikan
musibah tersebut menjadi ladang untuk mendapatkan keutamaan dan pahala besar
yang menjaminnya masuk dalam surga, yakni dengan sabar. Dan tidaklah seseorang
mendapatkan surga akhirat sebelum ia mendapatkan surga dunia dalam ibadahnya.
Wallahu Ta'ala a'lam.
Sumber : http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/09/23/16170/kunci-meraih-kebahagiaan-hidup-yang-hakiki/
Sumber : http://www.voa-islam.com/read/tsaqofah/2011/09/23/16170/kunci-meraih-kebahagiaan-hidup-yang-hakiki/
۞
الحمد
لله
ربّ
العٰلمين
۞
-----------------------------------------------------------------------
0 komentar:
Posting Komentar